Harga Minyak stabil karena kekhawatiran atas prospek ekonomi Tiongkok yang suram mengimbangi gangguan pasokan di Libya.
Brent diperdagangkan mendekati $77 per barel setelah ditutup 0,8% lebih tinggi pada hari Senin, sementara West Texas Intermediate mendekati $74. Mesin pertumbuhan Tiongkok yang tersisa menunjukkan tanda-tanda melambat karena krisis properti terus membebani ekonomi, dengan target pertumbuhan resmi yang tampaknya tidak tercapai.
Di Libya, perusahaan Minyak negara itu menyatakan force majeure di ladang El-Feel, dengan perebutan kekuasaan yang meningkat yang telah memangkas separuh produksi negara itu. Gangguan tersebut dapat memberi OPEC+ ruang untuk memulihkan sebagian produksi pada kuartal berikutnya, seperti yang direncanakan.
Minyak telah menghapus hampir semua keuntungan tahun ini selama beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran ekonomi pada konsumen utama â€ââ-š¬Ã‚ termasuk Tiongkok dan AS â€ââ-š¬Ã‚ dan pasokan yang melimpah membebani sentimen. Pasar juga bersiap untuk tambahan barel dari OPEC+. “Penghentian pasokan Libya mungkin memberikan sedikit kelonggaran untuk harga, tetapi itu akan bertentangan dengan penambahan pasokan mendatang dari OPEC+ mulai Oktober,” kata Yeap Jun Rong, ahli strategi Pasar di IG Asia Pte Ltd. di Singapura. “Selera untuk mengambil risiko telah terbatas.”
Sementara itu, AS sedang meletakkan dasar untuk sanksi baru terhadap pejabat Pemerintah Venezuela sebagai tanggapan atas pemilihan kembali NicolÃÆ-™Ãƒ-šÃ‚¡s Maduro yang disengketakan pada bulan Juli, menurut dokumen yang dilihat oleh Bloomberg. Langkah-langkah tersebut menargetkan para pemimpin utama yang menurut AS bekerja sama dengan Maduro untuk merusak pemungutan suara 28 Juli.
Brent untuk pengiriman November turun 0,2% menjadi $77,36 per barel pada pukul 2:05 siang di Singapura. WTI untuk pengiriman Oktober naik 0,7% menjadi $74,04 per barel dari penutupan hari Jumat.
Kontrak berjangka tidak diselesaikan pada hari Senin karena libur Hari Buruh. (frk)
Sumber: Bloomberg
