Harga emas naik tipis pada penutupan perdagangan hari Kamis (14/09), setelah data harga produsen dan angka penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran bahwa suku bunga AS kemungkinan akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sehingga meningkatkan dolar dan imbal hasil obligasi. Dolar juga masih stabil di sekitar level tertinggi enam bulan, sehingga bisa membatasi penguatan besar emas. Berkurangnya peluang resesi AS membebani permintaan safe haven untuk logam mulia, lantaran data terbaru isyaratkan ketahanan yang berkelanjutan dalam ekonomi terbesar di dunia. Angka inflasi konsumen yang lebih kuat muncul hanya seminggu sebelum digelarnya rapat Federal Reserve, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga. Namun, bank sentral AS dapat memberikan pandangan yang lebih hawkish, terutama dengan inflasi yang kembali meningkat. Pasar juga memperkirakan The Fed akan menjaga suku bunga di level tertinggi lebih dari 20 tahun hingga setidaknya pertengahan 2024, memberikan potensi pelemahan untuk emas. Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang berinvestasi pada aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas, membuat daya tarik logam mulia ini terbatas dibanding dengan dolar atau obligasi negara. Selanjutnya, data Gold Drivers menunjukkan data bervariatif dimana Dolar AS naik +0.59% terlihat akan memberikan sinyal negatif bagi emas. Sedangkan Crude Oil turun -0.85%, dalam hal ini memberikan penurunan bagi harga emas.
DISCLAIMER
Seluruh materi atau konten yang tersaji di dalam website ini hanya bersifat informatif saja, dan tidak dimaksudkan sebagai pegangan serta keputusan dalam investasi atau jenis transaksi lainnya. Kami tidak bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari penyajian konten tersebut. Semua pihak yang mengunjungi website ini harus membaca Terms of Service (Syarat dan Ketentuan Layanan) terlebih dahulu dan dihimbau untuk melakukan analisis secara independen serta memperoleh saran dari para ahli dibidangnya.