Harga emas turun ke area $2020 pada penutupan perdagangan hari Senin (22/01), dimana yield obligasi treasury AS benchmark 10 tahun bertahan di atas 4% karena meningkatnya ekspektasi penundaan berbalik arahnya kebijakan moneter Federal Reserve AS (the Fed). Investor terus menurunkan ekspektasi mengenai kebijakan moneter yang longgar pada tahun 2024 di Tengah masih tangguhnya ekonomi AS. Keluarnya data Consumer Sentiment yang bagus didahului oleh Penjualan Ritel AS dan Laporan Pasar Tenaga Kerja yang dirilis minggu lalu yang juga bagus, menunjukkan bahwa ekonomi AS ada dalam keadaan yang baik. Selain itu, komentar-komentar yang hawkish dari para pejabat the Fed memaksa para investor untuk menurunkan ekspektasi mengenai kebijakan moneter the Fed yang longgar secara agresif pada tahun 2024 dan menjadi faktor kunci keluarnya arus modal dari emas. Namun, resiko meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah membuat para trader emas menahan diri untuk menaruh posisi jual yang baru sehingga membatasi penurunan harga emas. Perkembangan yang terbaru mengatakan bahwa pasukan koalisi yang dipimpin oleh AS terus melakukan penyerangan “preemptive” dan melancarkan serangan terhadap misil anti-kapal Houthi pada akhir minggu lalu yang merupakan serangan ke tujuh kalinya terhadap Houthi. Selanjutnya, data Gold Drivers menunjukkan data bervariatif dimana Dolar AS naik +0.12% terlihat akan memberikan sinyal negatif bagi emas. Sedangkan Crude Oil naik +1.84%, dalam hal ini memberikan penguatan bagi harga emas.
DISCLAIMER
Seluruh materi atau konten yang tersaji di dalam website ini hanya bersifat informatif saja, dan tidak dimaksudkan sebagai pegangan serta keputusan dalam investasi atau jenis transaksi lainnya. Kami tidak bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari penyajian konten tersebut. Semua pihak yang mengunjungi website ini harus membaca Terms of Service (Syarat dan Ketentuan Layanan) terlebih dahulu dan dihimbau untuk melakukan analisis secara independen serta memperoleh saran dari para ahli dibidangnya.